Senin, 10 November 2025

Benteng Digital di Usia Remaja: Panduan Guru & Ortu SMPN 6 Palopo Melawan Cyberbullying dan Menjaga Jejak Digital Anak Oleh: Faris Dedi Setiawan

Faris Dedi Setiawan Bersama Bapak Dr. Amril Muhammad SE.M.Pd Sekertaris Jendral Asosiasi Cerdas Istimewa Bakat Istimewa Nasional CIBI



Assalamu'alaykum wa barakatullahi wa barakatuh,

Kepada Bapak/Ibu Guru dan Para Wali Murid SMPN 6 Palopo yang saya muliakan,

Perkenalkan, saya Faris Dedi Setiawan, seorang praktisi teknologi yang mendedikasikan diri pada khidmah (pelayanan) di dunia pendidikan.

Saat putra-putri kita melangkah dari bangku SD ke SMP, dunia mereka berubah. Mereka bukan lagi anak kecil. Mereka adalah remaja awal yang sedang giat mencari jati diri, dan "arena" utama mereka kini adalah media sosial (Instagram, TikTok, WhatsApp Group).

Tantangan digital kita sebagai pendidik (guru di sekolah, orang tua di rumah) pun ikut bergeser. Jika dulu kita khawatir anak kecanduan game, kini kita dihadapkan pada dua "monster" baru yang lebih berbahaya: Cyberbullying (Perundungan Siber) dan Jejak Digital Permanen.

Anak-anak kita adalah amanah. Mari kita bangun "benteng digital" bersama untuk melindungi mereka.

Monster #1: Cyberbullying (Perundungan Siber) Di usia SMP, validasi dari teman sebaya adalah segalanya. Dulu, bullying (perundungan) berhenti di gerbang sekolah. Sekarang, ia bisa mengikuti anak kita sampai ke kamar tidur melalui layar HP, 24 jam sehari. Ejekan di grup WA, komentar jahat di foto Instagram, atau video TikTok yang mempermalukan bisa berdampak masif pada kesehatan mental remaja.

Monster #2: Jejak Digital Permanen Remaja seringkali bertindak impulsif. Mereka belum paham bahwa apa yang mereka unggah hari ini (foto yang tidak pantas, komentar kasar, status "alay") akan tersimpan selamanya di internet. Jejak digital negatif yang dibuat di usia 13 tahun bisa menghancurkan peluang mereka saat mendaftar SMA favorit atau beasiswa di kemudian hari.

Membangun Benteng Digital Bersama: Peran Guru & Orang Tua

Ini adalah tugas bersama. Berikut 3 langkah praktis yang bisa kita lakukan:

1. Guru: Jadikan Kelas Ruang Diskusi, Bukan Menghakimi Para guru di SMPN 6 Palopo adalah garda terdepan. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan guru.

  • Buka Ruang Aman: Alokasikan 10 menit (misalnya saat jam wali kelas) untuk berdiskusi santai tentang "Apa hal paling tidak enak yang kamu lihat di medsos minggu ini?". Jadilah pendengar yang tidak langsung menghakimi.
  • Ajarkan "Amanah Jari": Tanamkan konsep bahwa setiap ketikan adalah cerminan akhlak. Ajarkan bahwa men-screenshot obrolan pribadi teman dan menyebarnya adalah bentuk khianat (melanggar amanah).

2. Orang Tua: Jadilah "Teman" Digital, Bukan "Polisi" Di rumah, peran kita adalah sebagai coach (pembimbing).

  • Follow Akun Mereka: "Temani" mereka di dunia maya. Follow akun IG atau TikTok mereka. Berikan komentar positif, like postingan prestasi mereka. Ini menunjukkan Anda hadir.
  • Ajarkan "Filter Privasi": Beri pemahaman, bukan larangan. "Nak, foto ini bagus, tapi jangan di-posting ya, ini privasi keluarga." atau "Akunnya jangan dibuka untuk umum (public), di-private saja ya, biar aman."

3. Bersama: Siapkan SOP "Tanggap Darurat" Jika cyberbullying sudah terjadi (misal, anak kita menjadi korban), jangan panik.

  • Dengarkan & Validasi: Peluk anak kita. Katakan, "Ini bukan salahmu. Ayah/Bunda/Bapak/Ibu Guru ada di sini."
  • Simpan Bukti (Screenshot): Ambil tangkapan layar dari bullying tersebut sebagai bukti.
  • Blokir & Laporkan: Segera blokir pelaku dan laporkan ke pihak sekolah (Guru BK/Wali Kelas) agar bisa ditangani bersama. Jangan dibalas dengan kemarahan.

Penutup: Mendidik anak di usia SMP adalah mendidik mereka tentang tanggung jawabIkhtiar kita di SMPN 6 Palopo bukan lagi sekadar mengajari mereka IPTEK, tapi juga IMTAK (Iman dan Taqwa) dalam menggunakan IPTEK tersebut.

Semoga Allah SWT membimbing kita semua untuk menjaga amanah generasi penerus ini.

Wassalamu'alaykum wa barakatullahi wa barakatuh.

.

Tentang Penulis:

Faris Dedi Setiawan adalah Pakar Keamanan Siber, Google Developer Expert, dan Founder dari Whitecyber. Beliau mendedikasikan keahliannya untuk khidmah (melayani) dunia pendidikan di Indonesia dengan berlandaskan nilai-nilai amanah dan integritas.